Perjuangan Menyelesaikan Studi Master S2 (Part 2)
Melanjutkan tulisan yang sempat terjeda. Tak terasa Januari 2019 ini mau memasuki semester empat, semoga menjadi semester terakhir dan bisa menyelesaikan thesis dengan baik di semester ini. Ada banyak yang ingin diceritakan melalui tulisan kali ini.
Setelah melewati semester pertama, liburan jeda semester menjadi sedikit ruang untuk bernafas lega. Menjelang masuk, kami seangkatan dikumpulkan dan bertemu dengan Kepala Program Studi Teknik Lingkungan yang kebetulan ada pergantian dari Dr. Ir. Setyo Sarwanto M. (Pak Setyo) menjadi Dr. Nyoman Suwartha (Pak Nyoman). Tujuan kami dikumpulkan adalah untuk pembagian dosen pembimbing thesis.
Ya, sejak hari itu sebenarnya hari-hari kami sudah dihantui dengan thesis.
Memasuki semester kedua, ada 15 SKS mata kuliah wajib yang perlu diambil. Hal ini juga yang membuat perkuliahan lebih padat. Harusnya menyisakan ruang untuk mengambil mata kuliah pilihan, tetapi nampaknya mustahil. Perkuliahan 18 SKS sama saja seperti S1.
Mari kita bedah satu persatu apa yang dipelajari di semester kedua ini.
1. Rekayasa Air Limbah Lanjutan (Advance Wastewater Engineering)
Dari judulnya saja advance, berarti yang dibahas pun sudah tingkat lanjut. Mata kuliah ini sebenarnya melanjutkan mata kuliah S1 limbah cair. Sayangnya, bagi kami yang bukan S1 di Teknik Lingkungan UI tidak mendapatkan mata kuliah tersebut.
Ya, sejak hari itu sebenarnya hari-hari kami sudah dihantui dengan thesis.
Memasuki semester kedua, ada 15 SKS mata kuliah wajib yang perlu diambil. Hal ini juga yang membuat perkuliahan lebih padat. Harusnya menyisakan ruang untuk mengambil mata kuliah pilihan, tetapi nampaknya mustahil. Perkuliahan 18 SKS sama saja seperti S1.
Mari kita bedah satu persatu apa yang dipelajari di semester kedua ini.
1. Rekayasa Air Limbah Lanjutan (Advance Wastewater Engineering)
Dari judulnya saja advance, berarti yang dibahas pun sudah tingkat lanjut. Mata kuliah ini sebenarnya melanjutkan mata kuliah S1 limbah cair. Sayangnya, bagi kami yang bukan S1 di Teknik Lingkungan UI tidak mendapatkan mata kuliah tersebut.
Saya mengalami kendala di mata kuliah ini. Apalagi banyak hal-hal berbau kimia yang tidak saya ketahui.
Banyak sebuah industri yang menghasilkan limbah, kami sebagai seorang environmental engineering ditantang untuk merancang desain alat pengolahan air limbahnya. Tidak berhenti sampai pengolahan saja, namun hingga pemanfaatan dari hasil pengolahan tersebut.
Ada kelompok industri kelapa sawit, sirup, kertas. Kebetulan saya mendapatkan industri kertas (pulp). Awalnya ketika mengerjakan ini saya tidak memiliki gambaran sama sekali apa yang dikerjakan. Melihat teman-teman yang aktif saat berdiskusi, saya merasa minder sendiri.
Setidaknya, dari mata kuliah ini saya paham bahwa air limbah (wastewater) harusnya diolah, tidak boleh langsung dibuang ke selokan yang terhubung ke sungai. Karena kita tidak tahu apa yang ada di air limbah tersebut. Itulah mengapa tiap industri wajib memiliki IPAL (instalasi pengolahan air limbah).
2. Limbah menjadi Energi (Waste to Energy)
Menurut saya, ini salah satu mata kuliah yang sangat menarik. Bagaimana mengolah sampah menjadi energi. Trend yang sedang berkembang saat ini. Menghasilkan energi dari sampah tidak hanya menghitung berapa angka energi yang dihasilkan, namun kita perlu memikirkan banyak hal di balik itu. Karena sejatinya proses ini hanya sebagai bonus untuk mengatasi masalah persampahan yang ada.
Di paruh semester awal, kami diminta merancang instalasi Landfill Gas to Energy dengan memilih salah satu TPA yang ada di Indonesia. Saya mengambil TPA Suwung, Palembang. Dengan pemodelan Land Gem yang dikembangkan EPA, kami menghitung potensi energi listrik yang dihasilkan bila dibangun unit LFG di TPA yang kami pilih.
Pauh semester selanjutnya, kami ditantang membuat studi kelayakan mengenai unit PLTSa yang akan dibangun di 12 kota di Indonesia berdasarkan Perpres No. 35 Tahun 2018. Kelompok saya memilih Kota Surabaya yang sebenarnya proyek WtE sudah sangat berhasil diterapkan di Kota Surabaya. Dengan pengembangan teknologi menjadi Gasifikasi sesuai dengan rencana kota, kami mencoba menghitung biaya investasi hingga IRR yang didapatkan.
3. Kontrol Emisi (Emission Control)
Mata kuliah ini juga merupakan salah satu mata kuliah yang menarik. Selama ini saya hanya mengetahui suatu kegiatan menghasilkan emisi, namun tidak tahu seberapa besar dan berdampak pada perubahan iklim. Di mata kuliah ini, kami belajar terkait perubahan iklim, namun lebih fokus pada sektor persampahan dimana merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca di Indonesia.
Sektor persampahan ini memerlukan strategi pengelolaan yang tepat sehingga jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan bisa ditekan secara maksimal. Di paruh semester, kami ditantang untuk membuat rancangan skenario pengelolaan persampahan dari salah satu kota/kabupaten yang ada di Indonesia. Saya dan teman sekelompok memilih Kabupaten Pati, Jawa Tengah sebagai objeknya.
Kami membandingkan skenario eksisting (yang ada sekarang) dengan skenario pilihan yang kami buat dan membandingkan potensi penurunan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari tiap pilihan skenario tersebut. Tiap pilihan pengolahan pasti menghasilkan dampak positif dan negatif, di sini berperan seolah pengambil kebijakan, pilihan pengolahan yang tepat sangat penting sehingga emisi gas rumah kaca yang dihasilkan seminim mungkin.
Selain itu juga, ada kuliah tamu dari salah satu Professor dari Darmstadt, yaitu Prof. Lahl. Beliau memberikan kuliah selama 2 hari mengenai teknologi pengendalian polusi udara (air polution control). Teknologi ini sangat penting, apalagi dalam sektor persampahan, teknologi pembakaran insinerator menghasilkan emisi sehingga memerlukan air pollution control.
4. Kontaminasi dan Remediasi (Contaminating and Soil Remediation)
Mata kuliah ini mempelajari teknologi remediasi dari lahan yang tercemar. Mungkin kita sering mendengar terjadinya pencemaran akibat minyak tumpah di laut, tumpahan tangki BBM, dll. Apakah pernah terpikirkan bahwa dari pencemaran tersebut bagaimana proses pemulihannya?
Di negara-negara maju, kecelakaan yang mengakibatkan pencemaran sudah ditangani sebaik mungkin sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, bahkan termasuk lingkungan. Sayangnya, di Indonesia hal ini belum berjalan dengan baik.
Di mata kuliah ini, kami ditantang menyelesaikan tugas besar berupa proyek remediasi. Saya dan kelompok sepakat membahas masalah remediasi ini dari sisi kebijakan perundang-udangan dari lahan bekas tambang. Kami membahas tiga permen yang mengatur masalah remediasi lahan bekas tambang dan bagaimana keterkaitan ketiga permen tersebut sehingga tidak ada yang tumpang tindih.
Saat UTS dan UAS pun, soal yang diberikan juga merupakan soal studi kasus. Saya ingat soal UAS berupa kasus bocornya pipa Pertamina di Teluk Balikpapan yang baru saja terjadi. Haha.
5. Metodologi Penelitian (Research Metodology)
Inilah mata kuliah yang menjadi hantu sepanjang semester. Dari sini juga pembahasan thesis dimulai, meskipun masih dikerjakan dengan seadanya. Huhu
Itulah perkuliahan di semester kedua. Hasilnya? Jangan ditanya! Saya merasa sangat tidak siap menghadapi perkuliahan ini! apalagi dengan ilmu yang baru dimana kebanyakan teman-teman sudah lebih expert dalam bidang ini. Namun, saya tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik!
---
Lanjut ke semester ketiga. Tak terasa perkuliahan berlalu semakin cepat.
Semester ketiga ini saya hanya mengambil 7 sks. Sangat sedikit memang. Namun, rasanya hal yang sedikit tersebut memberikan beban yang sama dengan 20 sks. Mari kita mulai ceritanya!
1. SMK3L
Di awal perkuliahan sudah menduga bahwa saya salah mengambil mata kuliah ini. Mata kuliah ini ternyata lebih fokus pada bahasan sektor konstruksi. Hal yang baru lagi saya lalui.
Dari mulai Quiz pertama yang merasa hopeless karena banyak istilah baru yang tidak dimengerti. Kemudian tugas untuk mengecek safety plan dari suatu proyek. Saya dan teman yang kebetulan memiliki teman di sebuah proyek yang dikerjakan PU yaitu Pasar Ikan Modern Muara Baru.
Paruh semester awal bahasan mengenai safety plan selesai dipresentasikan. Namun, nampaknya UTS tidak memuaskan karena penuh hafalan.
Lalu, paruh semester akhir tugas kelompok melanjutkan sebelumnya kini membahas mengenai audit SM3L di proyek. Setidaknya, mata kuliah ini memberikan pemahaman tambahan mengenai bagaiman menjadi seorang K3 di proyek konstruksi, meskipun staf K3 yang ditemui di Proyek bukanlah lulusan engineering. Itulah mengapa dalam pembahasan suatu seminar K3 pentingnya ahli K3 di bidang konstruksi itu sendiri, karena ada hal-hal yang tidak dipelajari oleh K3 secara umum.
2. Audit Lingkungan (Environmental Audit)
Tidak jauh beda dengan SMK3, mata kuliah sangat menarik karena disini kita akan belajar mengenai audit dan mengapa perlu audit.
Audit dilakukan tidak hanya untuk keuangan saja seperti yang sering kita dengan, audit lingkungan pun penting karena dampaknya ke lingkungan yang secara tidak langsung akan berpengaruh ke manusia juga.
Dari mata kuliah ini, saya jadi paham mengenai ISO, OHSAS yang didapatkan suatu institusi juga program PROPER yang kesemuanya tidak lain dan tidak bukan untuk menjaga kualitas lingkungan dan pelayanan agar tetap baik.
Kami mendapatkan tugas besar untuk melakukan audit suatu industri. Tidak mudah mendapatkan perizinan industri karena ini menyangkut dengan internal perusahaan. Saya dan kelompok yang awalnya akan mengaudit sebuah pabrik Beton di daerah Nambo, beralih haluan karena perizinan yang alot. Padahal, salah seorang anggota kelompok kami orang tuanya mantan karyawan di tempat tersebut. Apalagi ada alumni kami yang juga kami temui disana.
Akhirnya, di masa yang cukup genting menjelang akhir kami memutuskan untuk mengaudit dari data sekunder sebuah pabrik kelapa sawit yang datanya kebetulan saya dapatnya dari seorang sahabat saya. Data yang kami dapat pun cukup lengkap, namun karena cuma data ya akhirnya kami hanya menginterpretasikan sendiri data-data tersebut. Hehe
Oya, tidak lupa kami pun melakukan audit lingkungan FTUI dari sisi pengelolaan limbah (padat, cair, dan B3) serta mengenai sumber daya airnya. Hal ini penting untuk melihat sejauh mana kinerja FTUI yang katanya sudah meraih ISO dan OHSAS itu. :)
3. Seminar (Research Proposal)
Mata kuliah ketiga ini yang membuat panas dingin. Saya pun menyadari tidak maksimalnya saya mengerjakan ini. ah, penyesalan memang selalu di akhir.
Saya ingin cerita ketika sidang seminar. Semuanya berjalan tidak terencana. Tidak sesuai harapan. Hingga menjelang akhir, saya diminta keluar untuk dosen berembug mempertimbangkan hasilnya. Saya dinyatakan lulus. Padahal, saya sudah pasrah karena banyak kekeliruan yang saya lakukan.
Saya ingin cerita ketika sidang seminar. Semuanya berjalan tidak terencana. Tidak sesuai harapan. Hingga menjelang akhir, saya diminta keluar untuk dosen berembug mempertimbangkan hasilnya. Saya dinyatakan lulus. Padahal, saya sudah pasrah karena banyak kekeliruan yang saya lakukan.
Saya pun merasa di ambang kebingungan saat ini. Revisi dan juga poin mana yang harus saya lanjutkan untuk menyelsaikan Thesis saya. Semoga ada keajaiban selama satu semester ini untuk menyelesaikannya! Amiin.
Oke sepertinya sekian untuk cerita di semester kedua dan Ketiga. Tulisan ini masih akan berlanjut. :)
Tags : Features Pemuda Teknik Lingkungan
Haloo kak! thx a lot for your sharing..
ReplyDeletekalo aku boleh tanya2, jadi rencananya aku pengen bgt lanjut S2 di program studi Teknik Lingkungan ini.. Tapi masih bingung bgt krn aku blm punya pengalaman kerja sama sekali. Apa kira2 itu akan ngurangin nilai pas seleksi interview? Karena rata2 yg aku baca, mereka yg ikut seleksi S2 UI backgroundnya udah punya pekerjaan semuaa. Thankyou so much kaaa! Ditunggu segera responnyaaa :D
Hi Elik, tidak diperlukan pengalaman kerja kog dan tidak ada seleksi interview, hanya tes SIMAK UI saja. Jangan takut, karena banyak yg lanjut dr S1 TL langsung ambil S2 TL. Bahkan lintas jurusan juga bisa, misalkan S1 nya teknik yg lain kemudian S2 nya Teknik Lingkungan. Kalo mau tanya-tanya lebih lanjut, bisa email saya ya atau isi pertanyaan via hubungi saya ya. :)
ReplyDeleteGreaat blog post
ReplyDelete