We Proud to be Indonesian!
“Sometimes, students don’t pay attention to their national anthem when they have flag ceremony. But, when they go abroad, it feels like there is a sudden rush emotion when they’re singing the national anthem…” Mr. Kamal Mamat (Asean Secretariat)
Tanah Airku tidak kulupakan,‘kan terkenang selama hidupku,Biarpun saya pergi jauh,Tidak ‘kan hilang dari kalbu…(Lagu Tanah Airku)
Pada suatu
kesempatan, aku pernah memimpikan bisa menyanyikan lagu tanah airku ketika aku
berada di negeri orang. Aku ingin merasakan emosi mendalam ketika teringat
dengan tanah air tercinta. Meski mungkin, selama ini aku lebih banyak menjadi
bagian yang tidak ikut memperbaiki kondisi negeri. Tapi, aku tetap mencintai
tanah airku. Kini, ketika aku mempunyai kesempatan untuk menyanyikan lagu itu
di tanah orang, aku merasakan emosi mendalam betapa rindunya terhadap tanah air
tercinta. Padahal, baru beberapa hari aku menjejakkan kaki di sini.
Hari pertama
kemarin di buka dengan pengenalan awal program. Prof. Saran selaku Executive
Director AYVP menjelaskan perjalanan panjang hingga terbentuknya AYVP seperti
yang sekarang sedang dijalankan. Ternyata, program ini telah beberapa tahun
lalu diinisiasi, dan kini mendapatkan persetujuan untuk diselenggarakan. Aku
juga baru tahu, ternyata AYVP terintegrasi dengan program ASEAN lainnya seperti
ASEAN University Network, dan AT-NEU.
Peserta Asal Indonesia pada Pembukaan AYVP |
Hari pertama
terasa amat panjang. Aku merasa seperti
telah begitu lama di sini. Usai sesi hari itu, kami belajar mengenai
cara mengidentifikasi tanaman di hutan Lestari UKM. Jujur, aku tak tertarik
dengan materi yang diberikan, mungkin karena background-ku yang bukan mahasiswa
biologi. Aku lebih tertarik melihat sisi lain dari penjelasan: teman-teman baru
dari ASEAN. UKM ternyata begitu luasnya, mungkin mencapai 1000 hektar lebih,
sedangkan kampusnya hanya sekitar 320-an hektar. Aku tak bisa membayangkan
bagaimana mahasiswa di sini tanpa adanya kendaraan.
#####
Semalam, saat makan malam, kami ada sesi Ice-Breaking yang
cukup menyenangkan. Ada dua games yang membuatku semakin menikmati proses
program ini. Pertama games tebak nama. Kami, seluruh peserta dibagi ke dalam 10
kelompok, kemudian dari 10 kelompok tersebut dibagi-bagi lagi menjadi dua
kelompok secara berpasangan. Nah, di tiap kelompok yang berpasangan itu satu
sama lain akan berkompetisi untuk menebak nama anggota lainnya. aku dapat
kelompok tiga, kami berpasangan dengan kelompok empat.
Bagi orang sepertiku, menghafal nama orang mungkin sesuatu yang
cukup sulit, kecuali interaksi yang cukup di antara kami. Terlebih dahulu kami
harus menghafal nama anggota kelompok kami, kemudian menghafal nama anggota
kelompok lain yaitu kelompok empat. Cara permainannya yaitu kedua kelompok akan
dipisahkan oleh sebuah kain putih yang dibentangkan oleh fasilitator, tiap
kelompok ada di sisi masing-masing kain tersebut. Tanpa mengetahui satu sama
lain, satu orang dari masing-masing kelompok akan mencoba menebak nama orang di
hadapannya ketika kain dibuka. Mereka yang lebih dahulu menebak adalah mereka
yang menang. Games ini cukup seru menurutku. Apalagi, namaku merupakan nama
yang cukup sulit, setidaknya bagi orang-orang selain Melayu. Hehe.
Kelompok kami seri, sayangnya waktu permainan sudah habis.
Selanjutnya adalah permainan komunikata. Kami yang berasal dari 10 negara
ASEAN, tentu tidak semua bisa bahasa Melayu. Permainan kali ini menggunakan
bahasa Melayu. Tiap kelompok akan mendapatkan satu buah kalimat yang
disampaikan mulai dari orang paling depan hingga paling belakang. Karena
menggunakan bahasa Melayu, maka peserta asal Malaysia, Brunei dan Indonesia
harus berada di barisan depan.
Games ini cukup membuatku tertawa terbahak. Ternyata, meski kami
semua di sini berasal dari ASEAN, namun belum tentu kami paham satu bahasa yang
sama. Aku tertawa saat mendengar apa yang teman belakangku katakana mengenai
kalimat yang kami dapat. Kami mendapat kalimat “Basikal baru biru”. Namun,
teman kelompokku mengatakan kalimat yang sangat asing bagiku. Mungkin bahasa
daerahnya.
Hari itu, meski kami semua merasa lelah, namun kami masih merasakan
semangat untuk terus bergerak. Hari itu ditutup dengan pengumuman untuk
menampilkan penampilan per kelompok pada acara penutupan nanti.
#####
Hari kedua dibuka
dengan sesi tentang ASEAN dari Mr. Kamal Mamat. Di sesi ini aku mulai menyadari
tentang betapa jarangnya aku mengapresiasi lagu kebangsaanku sendiri ketika
upacara sekolah. Bagaimana jadinya ketika aku menyanyikannya di sini?
Hari itu kami
belajar tentang ASEAN, dilanjutkan dengan sesi mengenai ethnic identity dan national
identity serta ASEAN identity. Aku semakin bangga dengan tanah airku yang
memiliki begitu banyak keragaman. Kami semua, peserta Indonesia di sini merasa
bangga dengan tanah air kami.
Usai sesi hari
itu, hingga malam kami diberikan jam bebas. Aku dan beberapa teman Indonesia
berencana untuk latihan Tari Saman untuk penampilan nanti. Sekretariat akan
menyeleksi penampilan yang layak ditampilkan pada acara penutupan nanti. Namun,
tanpa diduga, Jepri mengajakku untuk menemaninya membeli kacamata. Akhirnya,
ditemani Robeq atau Arrabe, kami pergi ke Bangi Utama bersama Bang Ewan dan
Cyro. Usai dari Bangi utama, Robeq mengajak kami berkeliling ke Putrajaya,
sebuah pusat pemerintahan Malaysia. Tempat yang sangat menarik untuk
dikunjungi. Aku sempat berpikir, andai Jakarta sebagai ibukota negara juga
dipisahkan dengan sentral bisnis dan industri. Mungkin kondisi Jakarta tak akan
semrawut seperti sekarang.
#####
Kami pulang larut semalam. Hari itu sebenarnya yang paling aku
tunggu. Aku mengenakan batik asli Solo yang aku bawa. Aku tak pergi sarapan
karena aku berpuasa hari itu. Aku menunggu di Lobby, mengakses social mediaku
berbekal jaringan wifi yang terpasang. “Nice Clothes” kata seorang peserta lain
yang lewat di depanku. Aku merasa bangga dengan batik yang kukenakan.
Kami, peserta Indonesia kompak memakai batik hari itu. Ada sesuatu
yang special bagi kami. Hari itu, 17 Agustus 2013, hari kemerdekaan Indonesia. Hari
kemerdekaan kali ini mungkin akan berbeda dari biasanya. Aku sempat
membayangkan bisa mengikuti upacara bendera di KBRI atau dengan PPI Malaysia
ataupun dengan Mahasiswa Indonesia di UKM. Tampaknya, itu semua sulit
direalisasikan.
Akhirnya kami, dengan inisiatif meminta sesi singkat untuk
melakukan upacara bendera secara sederhana. Ricky, Aulia dan Trini menjadi
pengibar bendera. Kak Andreas sebagai conductor dan sisanya sebagai paduan
suara. Aku merasakan rasa haru ketika upacara pagi itu dimulai. Mbak Rindha
membuka upacara dengan menjelaskan apa yang akan kami lakukan. Peserta lain
sigap dengan kamera masing-masing, siap mendokumentasikan apa yang kami
lakukan. Kami bak selebritis kala itu. Namun, itu tak mengurangi rasa khidmat
kami.
Benarlah kata Mr. Kamal Mamat kemarin,
“Sometimes, students don’t pay attention to their national anthem
when they have flag ceremony. But, when they go abroad, it feels like there is
a sudden rush emotion when they’re singing the national anthem…”
Aku merasakan keharuan saat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Emosi
yang tiba-tiba muncul di dada, menyusup entah dari mana. Itulah pertama kali
aku menyanyikan lagu itu di tanah orang. Mungkin bukan upacara sederhana yang
membangkitkan keharuan itu, mungkin rasa cinta tanah air yang tiba-tiba muncul.
Rasa cinta tanah air yang selama ini terlupakan dan terkubur karena begitu
banyaknya pesimis pada tanah airku. Aku merasakan kebanggaan menjadi warga
negara Indonesia.
Pengibaran bendera secara sederhana |
Tim Paduan Suara |
#####
Waktu masih akan
terus berjalan. Entah apa yang akan aku hadapi di depan sana. Pagi itu usai
upacara bendera, kami mendapatkan sesi tentang Leadership dari Mr. Martin Tan,
Halogen Foundation Singapore. Sesi yang cukup me-recharge semangatku. Hingga
sorenya dilanjutkan dengan panel session. Kondisiku cukup lelah hari itu.
Hingga aku tak sadarkan diri usai berbuka puasa.
Sekitar pukul
20.00 MYT, teman-teman mengetuk pintu kamarku. Mereka mencariku. Rencananya
kami akan latihan Saman, namun kondisiku yang tak tentu. Dua orang fasilitator
menemuiku dan mengajakku untuk ke klinik, namun aku tolak. Aku mungkin hanya
butuh istirahat yang cukup. Hingga esoknya, aku merasa lebih baik dan siap
bertemu dengan pengalaman baru lainnya.
To be continued…
Usai upacara bendera |
Post a Comment