“Perpisahan
nantinya selalu diawali dengan adanya pertemuan. Pertemuan-pertemuan
inilah mulanya. Aku tak pernah menyadarinya hingga semua itu
berlalu…”-Catatan Perjalanan, Agustus 2013-
It’s my first
time to go abroad.
Ada rasa khawatir sewaktu menjejakan kaki pertama kali. Apa aku bisa?
Bismillah...
Pukul 06.30 tadi, di Lobby
Bandara Soekarno-Hatta Terminal 3 aku pamit kepada ibu dan bapak yang
mengantarku. Aku justru lebih mengkhawatirkan apakah ibu dan bapak
akan kembali dengan selamat ke rumah, bukan kepergianku untuk
beberapa pekan ke depan meninggalkan tanah air. Di Lobby
bandara, aku bertemu Kak Andreas, peserta lain asal Jakarta. Dia
tentu sudah biasa menjejakkan kakinya di negeri orang.
Kami masuk, lalu
check-in
dan mendaftarkan bagasi di counter
Air
Asia. Petugas counter
menanyakan pada
Kak Andreas apakah
ada keperluan khusus di Malaysia? Soalnya katanya tiket yang kami
beli memang biasa
dipakai oleh
utusan kerajaan Malaysia langsung.
Aku sempat kaget mendengar hal itu sekaligus bersyukur betapa
special-nya
‘kita’. Tapi, entahlah...
yang
jelas, ini kali pertama aku menjejakkan kaki di negeri orang.
Pesawat yang akan
kami
naiki delay
selama 20 menit. Agak lama menunggu. Akhirnya kami menaiki pesawat.
Aku berada di kursi 1A. ‘Hotseat’.
Mengesankan. Cuaca hari itu cerah. Dari ketinggian, aku baru sadar
ternyata bumi sungguh terlihat kecil. Beberapa kali aku merasa
khawatir melihat keluar jendela lantaran kondisi pesawat yang tak
stabil. Tapi, alhamdulillah semua lancar. Di pesawat ternyata kami
mendapat makan yang lumayan untuk mengisi perut.
*****
13.00
MYT
Kami tiba di LCCT.
Sebelum tiba tadi, dari ketinggian yang terlihat hanya hamparan
sawit. Inikah Malaysia?
Kami
mengantri di counter
imigrasi
untuk foreign.
Seorang petugas keturunan Melayu menanyakan keperluanku
ke Malaysia, meminta bukti surat. Kebetulan,
offer letter-
ku berada di koper. Aku hanya
membawanya dalam bentuk digital. Tanpa banyak bicara, aku
disuruh menghadap ke kantor Kepala Imigrasi di Bandara. Cukup
membuatku khawatir apa yang akan terjadi. Ternyata, Rizki, Ajanti dan
Kak Andreas juga mengalami hal yang sama. Antrean
di kantor
imigrasi
LCCT cukup
panjang. Ternyata, hampir semua orang Indonesia. What
the Hell!
Kami menggerutu. Dalam kondisi yang cukup lelah, terselip rasa
khawatir. It’s
my first time! It would be great experience ever!
|
Rizki ketika tiba di LCCT |
Ternyata, di
kantor imigrasi kami
hanya ditanyakan beberapa pertanyaan sederhana seperti
untuk
apa ke Malaysia, berapa lama, mereka
meminta kami menunjukkan return
ticket
kami, dan mencatat data serta meminta
sidik jari telunjuk kami. Selesai. Semua beres. Namun,
sebelum kami meninggalkan counter imigrasi, kami diminta mengantre di
bagian antrean Tenaga Kerja yang akan bekerja di Malaysia. Agak
kesal, karena jelas kami bukan untuk bekerja selama di Malaysia.
Akhirnya, kami membuat antrean terpisah dan petugas mengecek passport
kami kembali. Kami berhasil melewati imigrasi. Lalu,
kami mencari bagasi kami. Cukup membingungkan juga lantaran banyak
koper yang sama. Alhamdulillah tak ada satupun yang hilang atau
tertukar.
Tak jauh dari pintu
kedatangan, ada sign
bertuliskan “AYVP-Asia
Engage”.
Disana kami bertemu Robeq dan Izzad yang mengantar kami hingga ke UKM
bersama dengan volunteer
lainnya.
Merekalah fasilitator pertama yang aku kenal, hingga beberapa pekan
ke depan, mereka seperti keluargaku di Malaysia.
*****
Kami
tiba di Burhanudin
Helmi College.
Sepanjang perjalanan tadi, aku, Jepri, Rindha dan Ricky mengobrol di
dalam bus, sementara peserta lainnya tidur. Mungkin mereka kelelahan
karena lama menunggu. Sekilas, aku melihat ke jendela. Tak jauh
berbeda dengan di Indonesia. Aku memperhatikan beberapa marka jalan
dan tulisan-tulisan yang menghampirinya. Inikah bahasa melayu?
Terdengar aneh bagiku. Setalh hampir satu jam perjalanan, akhirnya
Robeq mengucapkan “Selamat Datang ke UKM”. Disinilah kami akan
menetap di pekan pertama sebelum ditempatkan di project
site
yang berbeda-beda. Di sana, belum banyak yang datang. Hanya kami,
peserta asal Indonesia, Myanmar dan Vietnam.
|
Delegasi Indonesia dan Vietnam |
Kami
makan siang terlebih dahulu. Sebenarnya aku tak terlalu lapar karena
tadi di pesawat sempat makan siang, tapi tak apalah. Kami duduk satu
meja dan melakukan perkenalan singkat. Usai makan siang, kami
registrasi dan mengambil beberapa kit peserta. Kuperhatikan dalam
daftar peserta bahwa aku sekamar dengan seorang Cambodia. Aku lupa
namanya. Dari sinilah semua berawal. Ya, perjalanan panjang itu akan
dimulai dari sini…..
To
be continued…
|
Front View in UKM |
|
Sign Board in UKM |
|
Me, in UKM |
Tags :
Features
Relawan
Untuk Indonesia
Post a Comment