Adopsi Hutan, Gotong Royong Menggerakkan Hati untuk Hutan Indonesia
Kp. Ciwaluh, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango via Dokumen pribadi |
Di suatu pagi, cobalah pejamkan matamu
Duduk bersila sembari mendengarkan sekitar
Jika beruntung, kicau suara burung akan terdengar
Membuat pagi kita terasa begitu indah
Jika beruntung, kicau suara burung akan terdengar
Membuat pagi kita terasa begitu indah
Sayangnya, bagi kita yang tinggal di perkotaan, apalagi kota besar seperti Jakarta adalah suatu keajaiban apabila kicau burung masih memenuhi pagi kita. Biasanya deru kendaraan terdengar lebih nyaring. Begitupun udara sekitar yang harusnya terasa menyegarkan saat kita hirup perlahan menyesakkan karena bercampur dengan asap kendaraan yang mulai ramai memadati jalanan. Membuat pikiran tak karuan seharian.
Cobalah ambil smartphone-mu, kawan!
Buka spotify dan cari suara hutan Indonesia!
Pasang earphone dan dengarkan!
Silakan duduk bersila sembari memejamkan mata!
Seketika kita seperti tengah berada di tengah rimba
Kicau burung begitu nyaring, serangga pun bersahutan
Hening, derap langkah kaki kita terdengar jelas saat menginjak ranting kering
Mengusir suara kendaraan yang bising dan polusi yang bikin pusing
Di suatu sesi Yoga Selaras dengan Alam pada rangkaian Pawai Bebas Plastik akhir Juli lalu, secara tak sengaja saya mengetahui Suara Hutan Indonesia di Spotify yang bisa saya dengarkan kapanpun ketika saya rindu dengan alam, khususnya hutan. Tak dipungkiri, sebagai warga Kota, rutinitas harian kadang membuat pikiran jenuh. Suara Hutan Indonesia yang berisi suara alami hutan terasa begitu menenangkan. Membuat kita seolah tengah berada di Hutan.
Cobalah ambil smartphone-mu, kawan!
Buka spotify dan cari suara hutan Indonesia!
Pasang earphone dan dengarkan!
Silakan duduk bersila sembari memejamkan mata!
Seketika kita seperti tengah berada di tengah rimba
Kicau burung begitu nyaring, serangga pun bersahutan
Hening, derap langkah kaki kita terdengar jelas saat menginjak ranting kering
Mengusir suara kendaraan yang bising dan polusi yang bikin pusing
Di suatu sesi Yoga Selaras dengan Alam pada rangkaian Pawai Bebas Plastik akhir Juli lalu, secara tak sengaja saya mengetahui Suara Hutan Indonesia di Spotify yang bisa saya dengarkan kapanpun ketika saya rindu dengan alam, khususnya hutan. Tak dipungkiri, sebagai warga Kota, rutinitas harian kadang membuat pikiran jenuh. Suara Hutan Indonesia yang berisi suara alami hutan terasa begitu menenangkan. Membuat kita seolah tengah berada di Hutan.
Suara Hutan Indonesia via Spotify |
Hutan. Ya, Hutan. Mungkin masih banyak warga kota yang belum pernah ke hutan. Mengenal hutan hanya sebatas dari buku pelajaran di sekolah. Mengenal hutan hanya sebatas dari fenomena kebakaran yang ramai diperbincangkan beberapa tahun terakhir. Mengenal hutan hanya sebatas kumpulan pepohonan yang tumbuh tegak. Tidak salah memang. Lebih jauh dari itu, harusnya kita mengenal hutan lebih dalam. Selain sebagai kumpulan pepohonan, hutan adalah penyangga kehidupan. Artinya hutan menjadi sumber berbagai aspek kehidupan seperti pangan, sandang, papan, sumber air, sumber udara bersih, keanekaragaman hayati, obat-obatan, dll.
Lebih jauh dalam Potret Keadaan Hutan Indonesia oleh Forest Watch Indonesia (FWI), manfaat hutan yang tidak langsung yang sering kita tidak tahu diantaranya meliputi: (a) Gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi flora dan fauna, (b) Bank lingkungan regional dan global yang tidak ternilai, baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO2 serta penghasil oksigen, (c) Fungsi hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan plasma nutfah yang dikandungnya, (d) Sumber bahan obat-obatan, (e) Ekoturisme, dan (f) Bank genetik yang hampir-hampir tidak terbatas.
Zamrud Khatulistiwa yang disandang Indonesia, tidak lain karena hijaunya hutan Indonesia jika dilihat dari satelit bak permata Zamrud yang indah. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2018), setidaknya 120,6 juta Ha atau 63% dari luas daratan Indonesia adalah kawasan hutan. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan luas hutan terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Rep. Demokrasi Kongo. Suatu anugerah yang luar biasa untuk negeri kita tercinta.
Sayangnya, anugerah yang dimiliki dengan maha luasnya hutan Indonesia tidak membuat kita serius untuk menjaganya. Menurut laporan KLHK dalam Status Hutan dan Kehutanan Indonesia 2018, sejak tahun 1990 deforestasi terus terjadi pada hutan kita hingga saat ini. Angka deforestasi secara lengkap bisa dilihat di grafik 1.1 di bawah. Menurut laporan FWI, pada periode 2000-2009, setidaknya 15,16 Juta Ha hutan kita hilang akibat deforestasi, 5,5 Ha diantaranya berasal dari hutan di Kalimantan. Secara rata-rata, laju deforestasi pada periode tahun 2000-2009 adalah sebesar 1,51 juta ha/tahun, dengan laju deforestasi terbesar terjadi di Kalimantan yaitu sebesar 550.586,39 ha/tahun.
Lebih jauh dalam Potret Keadaan Hutan Indonesia oleh Forest Watch Indonesia (FWI), manfaat hutan yang tidak langsung yang sering kita tidak tahu diantaranya meliputi: (a) Gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi flora dan fauna, (b) Bank lingkungan regional dan global yang tidak ternilai, baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO2 serta penghasil oksigen, (c) Fungsi hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan plasma nutfah yang dikandungnya, (d) Sumber bahan obat-obatan, (e) Ekoturisme, dan (f) Bank genetik yang hampir-hampir tidak terbatas.
Zamrud Khatulistiwa yang disandang Indonesia, tidak lain karena hijaunya hutan Indonesia jika dilihat dari satelit bak permata Zamrud yang indah. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2018), setidaknya 120,6 juta Ha atau 63% dari luas daratan Indonesia adalah kawasan hutan. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan luas hutan terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Rep. Demokrasi Kongo. Suatu anugerah yang luar biasa untuk negeri kita tercinta.
Sayangnya, anugerah yang dimiliki dengan maha luasnya hutan Indonesia tidak membuat kita serius untuk menjaganya. Menurut laporan KLHK dalam Status Hutan dan Kehutanan Indonesia 2018, sejak tahun 1990 deforestasi terus terjadi pada hutan kita hingga saat ini. Angka deforestasi secara lengkap bisa dilihat di grafik 1.1 di bawah. Menurut laporan FWI, pada periode 2000-2009, setidaknya 15,16 Juta Ha hutan kita hilang akibat deforestasi, 5,5 Ha diantaranya berasal dari hutan di Kalimantan. Secara rata-rata, laju deforestasi pada periode tahun 2000-2009 adalah sebesar 1,51 juta ha/tahun, dengan laju deforestasi terbesar terjadi di Kalimantan yaitu sebesar 550.586,39 ha/tahun.
Angka deforestasi yang tinggi berpengaruh pada emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia dari sektor kehutanan yang merupakan penyumbang emisi paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor energi, transportasi dan limbah. Menurut data KLHK 2018, selama periode 2006-2016, tingkat rata-rata emisi per tahun dari sektor kehutanan berada pada angka709.409 Gg CO2Eq. Jika bisa ditekan laju deforestasi yang terjadi, penurunan emisi paling signifikan akan dicapai dari sektor kehutanan untuk mencapai target 29% pengurangan emisi secara nasional.
Lalu, pada siapakah kita percayakan untuk menjaga Hutan Indonesia?
-----
Lalu, pada siapakah kita percayakan untuk menjaga Hutan Indonesia?
-----
Kita Berhutang pada Masyarakat Penjaga Hutan
Jika pernah menonton film dokumenter Semesta, tentu ingat dengan masyarakat Sungai Utik, Kalimantan Barat yang berusaha menjaga kawasan hutan yang menjadi sumber kehidupa mereka. Menurut BPS, setidaknya 25.800 desa, atau 34,1% dari total 74.954 desa di seluruh Indonesia berbatasan langsung dengan kawasan hutan, dimana sebagian besar penduduknya memiliki ketergantungan terhadap sumberdaya alam di hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.Seperti masyarakat Sungai Utik yang berusaha menjaga warisan leluhur untuk melindungi hutan tempat tinggal mereka agar senantiasa terus terjaga dan lestari, kita warga kota sejatinya berhutang budi pada mereka masyarakat adat penjaga hutan yang telah menjadi penjaga paru-paru dunia yang kita punya di bumi ini.
Warisan leluhur mereka pegang hingga hari ini untuk menjaga hutan yang ada. Hutan yang bukan hanya menjadi tempat tinggal mereka, melainkan hutan sumber kehidupan mereka. Hutan keramat, atau mungkin yang kita kenal sebagai hutan lindung yang begitu sakral untuk dijaga, juga hutan produksi yang menjadi pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Apa yang bisa kita lakukan sebagai warga kota?
Hari Hutan Indonesia yang dirayakan pertama kali pada 7 Agustus 2020 lalu seharusnya menjadi wujud rasa syukur kita akan anugerah hutan yang dimiliki negeri kita. Sayangnya, deforestasi terus menghantui hingga nanti taka da lagi hutan yang tersisa. Deforestasi yang tinggi akibat alih fungsi lahan untuk kebutuhan perkebunan atau pertambangan kadang tak memanusiakan manusia seutuhnya bagaimana masyarakat adat penjaga hutan selama ini telah berjuang untuk menjaga hutan yang ada. Nurani kita mati. Rumah mereka hilang.Sesekali coba main ke hutan secara langsung! Kenali lebih dekat, pahami bagaimana sejatinya hutan menjadi penyangga bagi kehidupan ini. Banyak orang merusak hutan karena hatinya telah tertutup keserakahan.
Coba sesekali singgah ke Tangkahan, Sumatera Utara! Lihat bagaimana hutan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sekitar yang coba dilestarikan dengan kearifan lokal yang ada. Atau bila merasa kejauhan, coba singgah ke Kalibiru. Lihat dan rasakan bagaimana hutan disulap menjadi kawasan wisata yang indah yang menghidupi masyarakat sekitar.
Masih merasa tak punya cukup waktu?
Jadilah bagian dari Program Adopsi Hutan yang diinisiasi oleh Hari Hutan Indonesia. Melalui program ini, kita berusaha menjadi bagian dari penjaga hutan dengan membantu masyarakat adat penjaga hutan melalui gotong royong donasi. Meski tak seberapa, setidaknya sumbangsih kecil yang kita lakukan dalam program Adopsi Hutan ini, semoga bisa terus menumbuhkan kepedulian dan kewarasan di hati kecil kita bahwa hutan adalah bagian dari hidup kita dan mereka, masyarakat sekitar hutan yang tak terpisahkan.Program ini nantinya akan disalurkan kepada masyarakat adat penjaga hutan yang berlokasi di :
1. Forum Konservasi Leuser dan Yayasan HAkA di Aceh.
2. Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) WARSI di Sumatera Barat, Jambi, dan Bengkulu.
3. Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) di Kalimantan Barat.
4. PROFAUNA Indonesia di Kalimantan Timur dan Jawa Timur.
2. Lakukan donasi sesuai kemampuanmu!
Bagaimana Caranya?
1. Buka kitabisa.com dan cari campaign dari Hari Hutan Indonesia terkait Adopsi Hutan atau melalui link https://kitabisa.com/campaign/harihutanid2. Lakukan donasi sesuai kemampuanmu!
3. Sebarkan ke jejaringmu untuk menjaring lebih banyak lagi yang tergerak hatinya
Adopsi Hutan via kitabisa.com |
UNLESS someone like you cares a whole awful lot, nothing is going to get better, It's not. (Dr. Seuss dalam The Lorax)
-----
Sumber rujukan :
1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan "Status Hutan dan Kehutanan Indonesia 2018"2. Forest Watch Indonesia "Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2000-2009"
3. www.bps.go.id
4. www.hutanitu.id
5. www.harihutan.id