Challenges yourself : Menantang Diri Sendiri untuk Berprestasi!
Jum'at kemarin, ketika membaca sebuah pesan whatsapp dari salah seorang teman yang memberitahukan bahwa ia lolos dalam sebuah kegiatan kepemudaan skala nasional mewakili DKI Jakarta, timbul rasa senang sekaligus bangga. Ia menyertakan ucapan terima kasih kepada saya. Ada rasa yang tak ternilai dibalik ucapan terima kasih itu.
Sebelumnya, beberapa waktu lalu ia sempat mengirimkan pesan untuk me-review action plan project-nya serta personal statement (motivation letter) yang ia buat untuk mengikuti acara tersebut. Feedback secara general sekaligus advise saya emailkan disertai semangat bahwa yang terpenting adalah mengalahkan diri sendiri untuk berani mengirimkan aplikasi kita.
H-1 menjelang deadline, ia kembali mengirimkan pesan ke saya untuk kembali me-review dan memperbaiki action plan yang ia buat terutama dari segi tata bahasa (kebetulan semua dalam bahasa inggris). Hal yang membuat saya menghela nafas panjang, bagaimana tidak. hampir secara keseluruhan saya rombak isi action plan tersebut, selain karena kurang detail, isinya juga kurang to the point.
Menjelang deadline, saya kembali menekankan "whatever will happen, you should submit it on time!"
Dan kemarin, kabar bahagia itu datang. Ia mengabarkan bahwa ia lolos dalam kegiatan tersebut. Bukan semata karena advise dari saya yang telah memberikan feedback, namun yang terpenting adalah bagaimana ia tetap memiliki semangat juang yang tinggi, walaupun mendekati deadline, ia tetap berjuang untuk mengirimkan berkas aplikasi yang dibutuhkan.
Inilah yang akan coba saya bagikan di tulisan kali ini.
Menantang diri Sendiri untuk Berprestasi
Sebagai seorang yang terlibat dalam dunia kepemudaan beberapa tahun terakhir ini, saya menemui karakter pemuda yang tidak berani menantang dirinya sendiri. Mereka ingin sekali mengikuti jejak kita, mengikuti berbagai forum kepemudaan, aktif terlibat dalam project-project kepemudaan, tetapi mereka tidak bisa mengalahkan dirinya sendiri untuk mencapai itu.Teman yang saya ceritakan di atas, beberapa waktu lalu juga sempat ingin mengikuti sebuah kegiatan kepemudaan berskala nasional. Namun, ternyata sudah melewati deadline lantaran tim nya belum siap. Ia juga meminta saya untuk memberikan feedback terkait CV dan motivation letter yang dibuat. Sayangnya, hingga deadline berakhir timnya belum juga memperbaiki CV dan motivation letter seperti yang sudah saya sarankan. Kalaupun tidak mengikuti masukan saya, setidaknya tetap mengirimkan berkas aplikasinya.
Ketika saya tanyakan, ia menyesalkan hal tersebut. Ia menunjukkan CV terbarunya yang 'WOW'. Sungguh di luar dugaan, feedback yang saya berikan bertransformasi menjadi sebuah CV yang menarik.
Saya pun sejak pertama kali mengikuti kegiatan kepemudaan, tantangan terbesar yang harus saya taklukan adalah mengalahkan diri saya sendiri. Mengalahkan diri saya sendiri untuk minimal berani mengirimkan berkas aplikasi yang diminta. Selebihnya, biarkan Kuasa-Nya yang menentukan kita lolos atau tidak. Semakin banyak kita sering mengirimkan aplikasi, meski ditolak, secara tidak langsung akan menguatkan mental kita. Melatih kita untuk lebih kebal dari kegagalan.
Banyak yang saya temui ketika sekali gagal, mereka takut untuk kembali mencoba. Padahal, baru sekali. Saya pun sudah berulang kali menemui kegagalan. Berkali-kali mendapatkan email ucapan terima kasih bahwa telah mendaftar. Namun, itu tidak menyurutkan semangat saya untuk kembali mendaftar dan mendaftar setiap ada kesempatan terbuka.
Men-Challenge diri kita untuk lebih outstanding berarti kita siap untuk bergerak selangkah lebih maju dibandingkan dengan yang lain. Era informasi yang lebih terbuka membuat setiap anak muda memiliki kesempatan yang sama. Namun, balik lagi kepada apakah kita mau atau tidak untuk menantang diri kita agar memiliki prestasi yang lebih dibandingkan dengan yang lain.
Rasanya, banyak sekali anak muda yang hanya mengaggumi mereka-mereka yang berprestasi lebih dibandingkan dirinya, tetapi tidak melihat jauh apa saja sebenarnya yang harus dilakukan dibalik itu semua agar bisa lebih berprestasi. Mereka hanya melihat dari satu sisi saja, padahal dibalik itu ada perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan dengan darah dan air mata.
Saya suka sekali dengan pandangan seorang teman kuliah yang menerapkan prinsip dalam hidupnya, “Setiap muslim haruslah berprestasi”. Hal itu pula yang memacu saya untuk bergerak lebih di ranah yang sesuai dengan passion saya ini.
Berikut beberapa pandangan saya mengenai pengalaman yang saya alami ketika kita mulai men-challenge diri kita sendiri untuk lebih outstaning dibandingkan dengan yang lain.
- Temukan passion-mu! Passion adalah apa yang membuat kamu merasa enjoy untuk melakukannya, meskipun tidak mendapatkan apapun. Apa passion-mu? Kalau passion saja kita kebingungan, bagaimana kita bisa maksimal untuk melahirkan karya dan prestasi? Sebelum melangkah jauh, coba di list bidang-bidang apa saja yang membuat kita merasa nyaman untuk melakukannya atau membuat kita tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam.
- Tetapkan target/standar prestasi yang ingin dicapai! Target/standar prestasi ini harus sesuai dengan passion yang kamu geluti. Ini juga yang akan menjadi patokan prestasi yang akan kita capai nantinya.
- Tetap update dengan informasi! Saat ini, hampir semua kesempatan sudah dipublikasi secara digital melalui website. Tugas kita adalah bagaimana tetap update dengan informasi-informasi tersebut! Maka, bukannya zamannya apabila ada anak muda yang berasalan tidak dapat infonya! Yang ada adalah apakah kita mau mencari informasi tersebut atau tidak!
- Jangan ragu untuk meminta feedback dari mentor atau senior yang lebih berpengalaman terkait dengan ide, essay, motivation letter ataupun rancangan proposal yang kamu buat. Feedback akan membantu kamu lebih matang dalam menyiapkan aplikasi yang diminta.
- Just Submit it! Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana mengalahkan diri kita sendiri untuk sekedar mendaftar! Mendaftar saja! Selebihnya, biarkan urusan kuasa-Nya.
- Jika belum berhasil, jangan pernah menyerah untuk mencoba! Kita akan terus belajar ketika kita terus mencobanya. Namun, dengan catatan bahwa kita terus belajar memperbaiki kesalahan yang kita lakukan di masa lalu. Misalkan essay yang kita buat saat mendaftar sebelumnya masih kacau grammar-nya, maka selanjutnya kita perlu memperbaiki hal tersebut.
- Pilihannya ada di diri kita sendiri! Apakah kita ingin menjadi anak muda yang outstanding atau anak muda yang biasa-biasa saja seperti kebanyakan yang ada.
Apabila kalian ingin mendapatkan feedback terkait ide, essay motivation letter, project proposal yang berhubungan dengan kegiatan kepemudaan, lingkungan dan leadership silakan hubungi saya melalui email bambangsutrisno008@gmail.com.
Tags : Features Pemuda Relawan Teknik Lingkungan Untuk Indonesia
whoah this weblog is great i love reading your posts. Keep up the great work! You recognize, many individuals are hunting round for this info, you can help them greatly. paypal login
ReplyDelete